Media Netizen - Siput laut, Conus magus, ternyata memiliki racun jenis baru yang sangat mematikan.
Racun baru pada siput kerucut tersebut baru-baru ini terungkap oleh para peneliti di University of Queensland, dikutip dari Phys, Sabtu (1/7/2023).
Bagi para peneliti, penemuan racun baru pada siput laut ini menjadi harta karun yang berharga, sebab racun ini berpotensi untuk pengembangan obat di masa depan.
Profesor Richard Lewis, Dr. Aymeric Rogalski dan Dr. Himaya Siddhihalu Wickrama Hewage dari Institut Biosains Molekuler University of Queensland telah lama mempelajari racun sebagai obat.
Dalam studi penemuan racun baru pada siput kerucut yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, para peneliti ini menemukan perbedaan penting dalam siklus hidup spesies laut karnivora yang kecil ini.
Lewis mengungkapkan bahwa terdapat variasi dalam pola makan, perilaku dan toksisitas pada siput kerucut, Conus magus.
"Siput remaja akan menggunakan campuran racun yang berbeda dari siput dewasa untuk membunuh mangsanya," jelas Lewis.
Menurutnya, racun baru pada siput laut itu merupakan kelompok molekul yang kaya dan sejauh ini belum dieksplorasi.
Oleh karenanya, dengan penemuan tersebut menjadi petunjuk penelitian yang potensial untuk obat-obatan.
"Banyak keberhasilan kami dengan molekul racun adalah dalam mengembangkan obat nyeri, tetapi tergantung pada farmakologi, kami akan melihat apakah molekul ini memiliki potensi terapeutik untuk salah satu kelas penyakit," imbuhnya.
Selain itu, para peneliti juga terkejut ketika mereka menemukan bahwa siput kerucut remaja yang tidak memakan ikan seperti spesies dewasa.
"Keong-keong muda hanya akan memakan cacing polychaete, yang akan mereka tangkap dengan menggunakan teknik berburu khusus yang dinamakan 'menyengat dan menguntit'," ungkap Lewis.
Penelitian racun siput kerucut
Lewis mengungkapkan bahwa para peneliti di seluruh dunia telah mempelajari keong laut dewasa dan racun mematikan yang dimilikinya.
Akan tetapi, hanya sedikit yang diketahui tentang tahap awal kehidupan siput kerucut ini.
"Ini karena telur, larva, dan anakan mereka sangat sulit ditemukan dan sulit dipelihara di akuarium," katanya.
"Dr. Rogalski mengambil tantangan ini selama masa studi doktoralnya, dengan melakukan penelitian akuakultur yang sangat rumit untuk mengetahui bagaimana dan apa yang dimakan oleh setiap tahap kehidupan siput ini," imbuh Lewis.
Sekarang, para peneliti telah berhasil memiliki sistem berkelanjutan untuk mengamati lebih lanjut dari spesies siput laut ini dengan memelihara siput tersebut dalam lingkungan yang terkendali, dan memungkinkan penelitian tentang siklus hidup dan racun siput kerucut.
Sumber...Kompas.com